Kamis, 14 April 2011

Minggu Palma, 17 April 2011

Minggu Palma, 17 April 2011
Matius 21:1-11
Waktu sudah dekat Yerusalem, mereka sampai di Betfage di Bukit Zaitun. Di situ Yesus menyuruh dua orang pengikut-Nya berjalan lebih dahulu.  2 "Pergilah ke kampung yang di depan itu," pesan Yesus kepada mereka. "Segera kalian akan melihat seekor keledai terikat bersama anaknya. Lepaskanlah keduanya dan bawa kemari.  3 Kalau ada orang menanyakan sesuatu, katakan kepada orangnya, 'Tuhan memerlukannya', maka orang itu dengan segera akan membiarkan keledai itu dibawa."  4 Hal itu demikian supaya terjadilah apa yang dikatakan oleh nabi sebagai berikut,  5 "Katakanlah kepada Sion, Rajamu sedang datang kepadamu. Ia rendah hati dan menunggang seekor keledai, seekor anak keledai yang muda."  6 Kemudian kedua pengikut-Nya itu pergi dan melakukan seperti yang dipesankan Yesus kepada mereka.  7 Mereka membawa keledai itu dengan anaknya. Lalu mereka mengalasi punggung keledai-keledai itu dengan jubah mereka. Kemudian Yesus naik.  8 Banyak orang di sana membentangkan jubah-jubah mereka di jalan, sedang orang-orang lain memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkannya di tengah jalan.  9 Orang banyak yang berjalan di depan dan di belakang Yesus berseru-seru, "Hidup Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan! Pujilah Allah Yang Mahatinggi!"  10 Lalu, waktu Yesus masuk Yerusalem, seluruh kota itu menjadi gempar. "Ini siapa?" tanya orang-orang di kota itu.  11 "Dia Nabi Yesus, dari Nazaret di Galilea," jawab orang banyak yang mengiringi Yesus.

Ayat Emas : Orang banyak yang berjalan di depan dan di belakang Yesus berseru-seru, "Hidup Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang atas nama Tuhan! Pujilah Allah Yang Mahatinggi!"  (Matius 21:9).

KESETIAAN

            Di suatu desa terpencil, ada seorang tukang kayu yang bernama Pak Bardi. Ia hanya tinggal bersama istrinya . Pada suatu pagi yng cerah, Pak Bardi berpamitan hendak ke kota menjual kayu, yang kemudian hasil dari penjualan kayu itu dapat digunakan untuk membeli beras. Sesampainya di kota, Pak Bardi meletakkan sepikul kayunya itu dipinggir jalan dan ia mencoba menawarkan kepada setiap orang yang melintas di tempat itu. Namun, hingga hari menjelang senja, kayu itu masih belum juga terjual. “ Bagaimana dengan istriku, sampai sekarang pasti ia tanpa membawa beras untuk istrinya.
            Sementara itu, benarlah demikian, istrinya masih tetap duduk di teras rumah menunggunya pulang. “ Mengapa hingga kini suamiku belum juga kembali ?”
Tanya istrinya itu dalam hati. Lagi, pikirnya,” Andaipun tidak membawa beras, asalkan ia pulang dengan selamat, itu sudah cukup bagiku.” Demikianlah istri Pak Bardi yang tetap setia menantikan kedatangan suaminya itu. Malampun terlewati hingga pagi menjelang. Namun Pak Bardi belum juga terlihat di halaman rumah . Kini semakin gundahlah hati istri pak Bardi. Ketika hari menjelang siang, tiba-tiba istri Pak Bardi segera bangkit dari duduknya dan berlarian keluar halaman rumah. Ternyata ia telah melihat Pak Bardi yang dari kejauhan sedang berjalan pulang sambil membawa sekarung beras. Betapa bahagianya istri Pak Bardi, dan ia pun segera memeluk Pak Bardi hingga ia tak lagi menghiraukan beras yang dibawanya. Penantian dan kesetiaan istri Pak Bardi telah membuahkan kebahagiaan. Demikian pula kita hendaknya tetap setia menantikan kedatangan Kristus. Sebab, kesetiaan akan melahirkan kebahagiaan. ( Agung Ambari )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar