Kamis, 04 Agustus 2011

9 Agustus 2011

9 Agustus 2011
Mat 18:1-5,10,12-14
            Pada waktu itu pengikut-pengikut Yesus datang kepada-Nya dan bertanya, "Siapa yang dianggap terbesar di antara umat Allah?" Yesus memanggil seorang anak kecil, dan membuat dia berdiri di depan mereka. Lalu Yesus berkata, "Percayalah! Hanya kalau kalian berubah dan menjadi seperti anak-anak, kalian akan menjadi anggota umat Allah. Orang yang merendahkan dirinya dan menjadi seperti anak ini, dialah yang terbesar di antara umat Allah. Dan orang yang menerima anak yang seperti ini karena Aku, berarti menerima Aku.” "Awas! Jangan menghina salah satu dari orang-orang yang kecil ini. Sebab ingatlah, malaikat-malaikat mereka selalu ada di hadapan Bapa-Ku di surga. Bagaimanakah pendapatmu? Seandainya ada seorang yang mempunyai seratus ekor domba, lalu seekor dari domba-domba itu hilang, apakah yang akan dibuat oleh orang itu? Pasti ia akan meninggalkan domba yang sembilan puluh sembilan ekor itu di bukit dan pergi mencari yang hilang itu. Dan kalau ia menemukan kembali domba itu -- percayalah Aku -- ia akan lebih gembira atas domba yang seekor itu daripada atas sembilan puluh sembilan ekor lainnya yang tidak hilang. Begitu juga Bapamu yang di surga tidak mau salah seorang dari orang-orang yang baru percaya kepada-Ku ini sesat."

Berteman Tulus
            Suatu hari, ketika Rudi sedang berkumpul dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, ia melihat Sarwono yang sedang berjalan menghampirinya. Karena Rudi tidak mau berteman dengan Sarwono, maka ia pun segera mengajak teman-temannya untuk segera beranjak pergi dan menghindari Sarwono. Sudah lama Rudi memang tidak pernah mau bergaul dengan Sarwono, karena bagi Rudi, Sarwono adalah anak yang bodoh. Apalagi Sarwono itu anak orang miskin, pasti ia tidak bisa nyambung saat diajak bicara tentang aneka macam perkembangan tentang game komputer kegemarannya. Demikianlah pikiran Rudi tentang Sarwono. Sementara Sarwono yang sama sekali tak pernah mengira bahwa Rudi memiliki pikiran buruk demikian, ia tetap saja ingin berteman dengan Rudi seperti halnya ia berteman dengan yang lain.
            Sikap Rudi sangat jauh dari nasihat Yesus. Ia begitu sombong dan memandang Sarwono sebagai anak yang tidak berguna. Sementara Sarwono yang polos itu tidak pernah memiliki pikiran buruk sedikit pun tentang Rudi yang sebenarnya telah lama membenci dirinya. Sikap tulus dan apa adanya seperti halnya anak kecil yang tidak memiliki pikiran rumit dan penuh tipu muslihat itulah yang dikehendaki Tuhan. Sebab pikiran dan mulut yang penuh tipu muslihat itu mendatangkan dosa. Karena itu, mari kita selalu bersikap jujur dan tulus dalam bergaul dengan siapa saja tanpa memandang rendah orang lain. (Santikara Manahayu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar