Kamis, 04 Agustus 2011

11 Agustus 2011

11 Agustus 2011
Mat.18:21-19:1 (Pw S.Klara, Prw)
            Kemudian Petrus datang kepada Yesus dan bertanya, "Tuhan, kalau saudara saya berdosa terhadap saya, sampai berapa kali saya harus mengampuni dia? Sampai tujuh kalikah?" Yesus menjawab, "Tidak, bukan sampai tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh kali! Sebab apabila Allah memerintah, keadaannya seperti dalam perumpamaan ini: Seorang raja mau menyelesaikan utang-utang hamba-hambanya. Waktu ia mulai mengadakan pemeriksaan, dihadapkan kepadanya seorang hamba yang berutang berjuta-juta, dan tidak dapat melunasinya. Jadi, raja itu memerintahkan supaya hamba itu dijual bersama-sama dengan anak istrinya, dan segala harta miliknya untuk membayar utangnya. Hamba itu sujud di depan raja itu, dan memohon, 'Tuan, sabarlah terhadap hamba. Hamba akan melunasi semua utang hamba.' Raja itu kasihan kepadanya, sehingga ia menghapuskan semua utangnya. Ketika hamba itu keluar, ia berjumpa dengan kawannya, seorang hamba juga, yang berutang kepadanya beberapa ribu. Ia menangkap kawannya itu, mencekiknya, dan berkata, 'Bayarlah semua utangmu!' Lalu kawannya itu sujud di depannya sambil memohon, 'Sabarlah dulu kawan, semuanya akan saya bayar!' Tetapi hamba itu menolak. Sebaliknya, ia memasukkan dia ke dalam penjara sampai ia membayar utangnya. Ketika hamba-hamba yang lain melihat apa yang sudah terjadi, mereka sedih dan melaporkan hal itu kepada raja. Maka raja itu memanggil hamba yang jahat itu dan berkata kepadanya, 'Hamba yang jahat! Seluruh utangmu sudah kuhapuskan hanya karena engkau memohon kepadaku. Bukankah engkau pun harus menaruh kasihan kepada kawanmu seperti aku pun sudah menaruh kasihan kepadamu?' Raja itu sangat marah. Hamba yang jahat itu dimasukkannya ke dalam penjara sampai ia melunasi semua utangnya." Yesus mengakhiri cerita-Nya dengan kata-kata ini, "Begitu juga Bapa-Ku di surga akan memperlakukan kalian masing-masing, kalau kalian tidak mengampuni saudaramu dengan ikhlas.” Sesudah Yesus selesai mengatakan semuanya itu, Ia meninggalkan Galilea lalu pergi ke daerah Yudea di seberang Sungai Yordan.

Terus Mengampuni
            Pagi itu Rani marah besar kepada Dani. “Kenapa kamu selalu berbohong padaku? Katanya  kemarin kamu akan datang untuk kerja kelompok, tapi kamu malah main layangan dengan teman-temanmu?” demikian kata Rani. “Maaf Ran!!” Dani memelas. “Berapa kali kamu minta maaf kepadaku. Bukan kepadaku saja, tapi kepada teman-teman kelompok kita. Aku sudah bosan dengan maafmu!!”
            Selama sepekan Rani tidak mau berbicara dengan Dani. Bahkan Rani mengundurkan diri dari kelompok belajar dan memutuskan untuk belajar sendiri di rumah bersama guru privat. Kelompok merasa kehilangan Rani dan meminta Rani untuk kembali bergabung dengan kelompok belajar mereka. Sikap Doni lambat laun mulai berubah. Doni semakin rajin datang untuk belajar kelompok. Anggota kelompok mau menerima permintaan maaf Doni, namun Rani tetap tidak mau menerima permintaan maaf Doni. Alasan Rani tidak lagi memberi maaf karena sudah terlalu sering  Doni membuat kesalahan dan Rani sudah bosan dengan permintaan maaf Doni.
            Niat baik teman kita untuk meminta maaf secara tulus perlu dihargai dengan memberi maaf pula. Jika sudah tidak rela memberi maaf pada teman, berarti membiarkan teman terbelenggu terus pada kesalahannya dan tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah lebih baik. (Igna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar