Kamis, 04 Agustus 2011

7 Agustus 2011

7 Agustus 2011
Mat 14:22-33 (Minggu Biasa XIX)
            Setelah itu Yesus menyuruh pengikut-pengikut-Nya naik perahu dan lebih dahulu menyeberang danau, sementara Ia menyuruh orang banyak itu pulang. Sesudah orang banyak itu pergi, Yesus naik sebuah bukit sendirian untuk berdoa. Waktu sudah malam, Yesus masih berada di situ sendirian. Sementara itu perahu yang ditumpangi pengikut-pengikut Yesus, sudah jauh di tengah-tengah danau. Perahu itu terhempas-hempas dipukul ombak, karena angin berlawanan arah dengan perahu. Antara pukul tiga dan pukul enam pagi, Yesus datang kepada mereka berjalan di atas air. Ketika pengikut-pengikut-Nya melihat Ia berjalan di atas air, mereka terkejut sekali. "Hantu!" teriak mereka ketakutan. Tetapi Yesus langsung menjawab, "Tenanglah! Aku Yesus. Jangan takut!" Lalu Petrus berkata, "Kalau Engkau memang Yesus, suruhlah saya datang berjalan di atas air." "Datanglah," jawab Yesus. Jadi Petrus turun dari perahu, berjalan di atas air dan datang kepada Yesus. Tetapi waktu Petrus melihat betapa besarnya angin di danau itu, ia takut dan mulai tenggelam. "Tuhan, tolong!" Teriaknya. Yesus segera mengulurkan tangan-Nya dan menangkap dia, dan berkata, "Petrus, Petrus, kau ini kurang percaya. Mengapa kau ragu-ragu kepada-Ku?" Lalu keduanya naik ke perahu itu, dan angin pun reda.

BERIMAN SEPENUH HATI
Malam itu Arman pulang terlambat. Meski hari telah mulai gelap Armand tidak ragu dan ia yakin bahwa ia akan baik-baik saja, apalagi ia telah membawa rosario. Namun ketika ia hendak melintasi sebuah gang kecil yang terlihat sangat gelap, ia mulai merasa ketakutan dan mulai membayangkan hal-hal yang buruk. Karena tak kuat lagi menahan rasa takutnya, ia pun segera lari terbirit-birit sampai akhirnya menabrak tiang telepon yang ada di ujung jalan, gedubraaakk..! “Aduuh..aduuh.., Toloong.., Toloong..!” Arman teriak-teriak begitu saja, meski sebenarnya ia sendiri pun tak tahu harus meminta tolong pada siapa.
Tak jauh dari tempat itu, ternyata ada penjual nasi goreng yang terkejut mendengar suara teriakan minta tolong itu. Lantas, ia segera berlari meninggalkan gerobaknya dan menghampiri sumber suara itu. Sesampainya di tempat itu, penjual nasi goreng itu melihat arman yang tengah berguling-guling di tanah menahan sakit. Ternyata kepalanya berdarah akibat membentur tiang telepon itu. Arman pun segera ditolong oleh penjual nasi goreng itu dan diantar pulang ke rumahnya. Untung saja ada penjual nasi goreng yang baik hati itu. Kalau saja ia tidak sedang melintas di daerah situ, entah bagaimana nasib Arman tadi.
Dari pengalaman Arman itu kita bisa memahami bahwa ternyata iman bukan saja hanya sebatas diyakini dalam kata-kata ya? Tapi iman itu harus dihayati dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Kalau saja Arman benar-benar beriman pada Tuhan, ia tidak perlu ketakutan seperti itu. Bukankah sejak awal sebenarnya ia telah mengungkapkan keyakinannya bahwa ia akan baik-baik saja karena ada Tuhan yang akan menjaganya? Sikap iman Arman ini tidak jauh beda dengan Santo Petrus yang pada saat itu tidak sepenuhnya percaya pada Tuhan Yesus. Akibat dari imannya yang setengah-setengah itu, pada akhirnya ia pun jatuh dan tenggelam. Untung Tuhan Yesus yang berbelas kasih itu segera menolong Santo Petrus dan menyelamatkannya. Demikian halnya kita, bila kita percaya pada Tuhan Yesus, maka percayakanlah seluruh hidup kita kepadaNya dan yakinilah bahwa bersama Tuhan Yesus kita pasti selamat dan akan selalu baik-baik saja. (Anandita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar