Rabu, 17 Agustus 2011

19 Agustus 2011


19 Agustus 2011
Mat 22:34-40
            Pada waktu orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus sudah membuat orang-orang Saduki tidak bisa berkata apa-apa lagi, mereka berkumpul. Seorang dari mereka, yaitu seorang guru agama, mencoba menjebak Yesus dengan suatu pertanyaan. "Bapak Guru," katanya, "perintah manakah yang paling utama di dalam hukum agama?" Yesus menjawab, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan sepenuh hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan seluruh akalmu. Itulah perintah yang terutama dan terpenting! Perintah kedua sama dengan yang pertama itu: Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri. Seluruh hukum agama yang diberikan oleh Musa dan ajaran para nabi berdasar pada kedua perintah itu.”

Mencintai Tanpa Kepura-puraan
            Ariston sangat rajin misa di gereja. Demikian pula usai misa, ia terlihat rajin mengunjungi pastoran. Di pastoran pun ia sangat rajin membantu koster. Romo sangat senang melihat sikap Ariston itu dan sering memujinya. Semakin hari Ariston menjadi terlihat semakin aktif mengikuti kegiatan Gereja. Ia senang melakukan semuanya itu, karena menjadikannya semakin sering mendapat pujian dari Romo.
            Tak disangka, sikap Ariston yang tampaknya baik itu hanya ia lakukan di gereja dan di hadapan Romo. Namun, dalam pergaulan dengan sesama temannya justru bersikap sebaliknya, ia lebih suka memandang rendah teman-temannya dan menganggap mereka tidak lebih baik dari dirinya. Ia lebih sering memerintah teman daripada mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab bersama. Lebih buruk lagi, apa saja yang dilakukan teman-temannya selalu saja dinilainya salah dan akibatnya ia lebih sering marah-marah pada teman-temannya yang selalu dianggapnya buruk.
            Sebenarnya Ariston dapat menjadi anak yang baik, karena telah terbukti bahwa sesungguhnya ia bisa melakukan semua pekerjaan baik di gereja. Tapi karena ia tidak tulus hati, maka semua kebaikan yang ia lakukan itu justru menjerumuskan dirinya pada kemunafikan dan hanya mau melakukan perbuatan baik karena ingin dipuji. Oleh karena itu, Ariston masih harus belajar memperbaiki diri lagi. Rajin berkegiatan di gereja sangat baik, tapi jika itu dilakukan hanya karena ingin dipuji dan dianggap sebagai bukti cinta kepada Tuhan, tentu hal itu adalah kesalahan besar. Tuhan lebih menyayangi orang yang tulus hati, orang yang mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, dan mengasihi sesama seperti mencintai diri sendiri. Tidak ada cinta kepada Tuhan tanpa cinta kepada sesama dan jika ada orang yang mengaku mencintai Tuhan tapi ia tidak mencintai sesamanya, jangan dengarkan dia sebab orang itu sedang membual. Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita telah mencintai Tuhan dan sesama dengan tulus hati dan tanpa pura-pura? (Lianita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar