Selasa, 01 Maret 2011

3 Maret 2011

Kamis, 3 Maret 2011
Mrk 10:46-52
10:46 Mereka tiba di Yerikho. Dan waktu Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya serta orang banyak meninggalkan kota itu, seorang buta sedang duduk minta-minta di pinggir jalan. Namanya Bartimeus, anak dari Timeus.
10:47 Ketika ia mendengar bahwa yang sedang lewat itu adalah Yesus orang Nazaret, ia berteriak, "Yesus, Anak Daud! Kasihanilah saya!"
10:48 Ia dimarahi oleh banyak orang dan disuruh diam. Tetapi ia lebih keras lagi berteriak, "Anak Daud, kasihanilah saya!"
10:49 Maka Yesus berhenti lalu berkata, "Panggillah dia." Jadi mereka memanggil orang buta itu. Mereka berkata kepadanya, "Tenanglah! Kau dipanggil Yesus, bangun!"
10:50 Orang buta itu pun melemparkan jubahnya, lalu cepat-cepat berdiri dan pergi kepada Yesus.
10:51 "Apa yang kauingin Aku perbuat untukmu?" tanya Yesus kepadanya. Orang buta itu menjawab, "Pak Guru, saya ingin melihat."
10:52 "Pergilah," kata Yesus, "karena engkau percaya kepada-Ku, engkau sembuh." Pada saat itu juga orang itu dapat melihat. Lalu ia mengikuti Yesus di jalan.

Ayat Emas : "Pergilah," kata Yesus, "karena engkau percaya kepada-Ku, engkau sembuh." (Markus 10:52).

KESOMBONGAN YANG SIA – SIA

Satria adalah murid kelas IV SD yang jago berenang. Dalam setiap perlombaan renang, ia selalu mendapatkan gelar juara. Ketika libur sekolah, orang tuanya mengajaknya bertamasya ke pantai. Satria pun menyambut ajakan itu dengan sangat riang. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sampailah mereka di sebuah pantai yang sangat indah. Ketika dilihatnya deburan ombak dan birunya laut yang sangat menawan itu, Satria pun menjadi tak sabar untuk berenang. Melihat Satria yang sedang berlarian itu, ayahnya, berpesan untuk berhati-hati. Sambil tetrus berlari ke laut, ia berteriak pada ayahnya, “ Tenang ayah, aku akan pandai berenang. Aku pasti bisa menjaga diri ! “ Tanpa disadari, kesombongannya telah menguasai dirinya.
Ketika sedang asyik berenang, Satria sama sekali tak menduga kalau ternyata ada ombak besar yang tiba-tiba datang menghampirinya dan tak sempat lagi menghindari gelombang itu. Kali ini, ia benar-benar tak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali berteriak minta tolong dan mencoba bertahan dengan terus berusaha mengulurkan kedua tangannya untuk meraih appun yang dapat ia pegang untuk menyelamatkan dirinya. Dan sekali lagi, tanpa disadarinya ada dua tangan yang berhasil ia pegang. Karena merasa telah kehabisan tenaga, Satria membiarkan kedua tangan itu menopangnya dan membawanya kembali ke darat. Dan setelah siuman, Satria baru menyadari bahwa kini dirinya berada di pangkuan ayahnya. Barkat ayahnya itu, akhirnya ia pun selamat.
Kita pun seringkali bersikap seperti Satria yang merasa diri hebat, dapat melakukan segala sesuatu tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Tanpa disadari, bahwa sebenarnya perasaan seperti itu merupakan kelemahan terbesar yang kita miliki. Karena itu, marilah kita mau belajar untuk rendah hati mengakui bahwa sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah dan masih membutuhkan bantuan orang lain. Untuk menjadi rendah hati, sangat dibutuhkan keberanian. Barani dianggap lemah, berani diejek teman, dan menghadapi semuanya itu dengan tabah serta tetap berharap pada pertolongan Tuhan yang pasti menyelamatkan kita . ( Lusy )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar