Kamis, 17 Maret 2011

20 Maret 2011

Minggu, 20 Maret 2011
Mat 17:1-9
1 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.  2 Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.  3 Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.  4 Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."  5 Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."  6 Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.  7 Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!"  8 Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri.  9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Ayat Emas : Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." (Matius 17:5).

SI BUTUT

Parjan memang anak dari keluarga miskin, namun ia baik hati. Di sekolah ia sering diolok-olok oleh teman-temannya karena ia selalu memakai sepatu yang sudah butut. Akhirnya ia pun sering dijuluki “ Si Butut “. Namun demikian ia tidak pernah marah ataupun sakit hati karena panggilan itu.
Suatu hari ia ditanya oleh Selly,”Kenapa tidak kamu marahin teman-teman yang suka ngolok-olok itu ?” Kata Parjan,”Mengapa aku harus marah ?” “ Iya,soalnya kalau dibiarkan terus, lama-lama mereka akan semakin merendahkanmu, “ Jawab Selly.” Tidak apa-apa. Aku memang anak orang miskin, dan aku tidak mau menambahi beban orang tuaku. Lagian, Tuhan Yesus kan sudah bilang kalau tidak ada murid yang melebihi gurunya. Kalau Tuhan Yesus sendiri aja tidak protes saat setelah mendengar kata-kata Parjan itu, Selly menjadi semakin suka berteman dengan Parjan yng baik hati itu.
Karena Parjan lebih mendengarkan nasihat Tuhan Yesus, ia menjadi semakin disukai oleh banyak teman. Kalau saja saat itu ia lebih mendengarkan Selly untuk memarahi teman-temannya, mungkin justru akan terjadi pertengkaran. Karena itu, marilah kita selalu mendengarkan suara Tuhan supaya kita menjadi semakin sabar dan rendah hati. ( Chu Yong )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar