Rabu, 23 Maret 2011

26 Maret 2011

Sabtu, 26 Maret 2011
Luk 15:1-3.11-32

1 Pada suatu hari, banyak penagih pajak dan orang-orang yang dianggap tidak baik oleh masyarakat, datang mendengar Yesus.  2 Orang-orang Farisi dan guru-guru agama mulai mengomel. Mereka berkata, "Cih, orang ini menerima orang-orang yang tidak baik dan malah makan bersama mereka!"  3 Oleh sebab itu Yesus menceritakan kepada mereka perumpamaan ini,  "Adalah seorang bapak yang mempunyai dua anak laki-laki.  12 Yang bungsu berkata kepadanya, 'Ayah, berilah kepadaku sekarang ini bagianku dari kekayaan kita.' Maka ayahnya membagi kekayaannya itu antara kedua anaknya.  13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual bagian warisannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan uangnya dengan hidup berfoya-foya.  14 Ketika uangnya sudah habis semua, terjadilah di negeri itu suatu kelaparan yang besar, sehingga ia mulai melarat.  15 Lalu ia pergi bekerja pada seorang penduduk di situ, yang menyuruh dia ke ladang menjaga babinya.  16 Ia begitu lapar sehingga ingin mengisi perutnya dengan makanan babi-babi itu. Walaupun ia begitu lapar, tidak seorang pun memberi makanan kepadanya.  17 Akhirnya ia sadar dan berkata, 'Orang-orang yang bekerja pada ayahku berlimpah-limpah makanannya, dan aku di sini hampir mati kelaparan!  18 Aku akan berangkat dan pergi kepada ayahku, dan berkata kepadanya: Ayah, aku sudah berdosa terhadap Allah dan terhadap Ayah.  19 Tidak layak lagi aku disebut anak Ayah. Anggaplah aku seorang pekerja Ayah.'  20 Maka berangkatlah ia pulang kepada ayahnya. Masih jauh dari rumah, ia sudah dilihat oleh ayahnya. Dengan sangat terharu ayahnya lari menemuinya, lalu memeluk dan menciumnya.  21 'Ayah,' kata anak itu, 'aku sudah berdosa terhadap Allah dan terhadap Ayah. Tidak layak lagi aku disebut anak Ayah.'  22 Tetapi ayahnya memanggil pelayan-pelayannya dan berkata, 'Cepat! Ambillah pakaian yang paling bagus, dan pakaikanlah kepadanya. Kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.  23 Sesudah itu ambillah anak sapi yang gemuk dan sembelihlah. Kita akan makan dan bersukaria.  24 Sebab anakku ini sudah mati, sekarang hidup lagi; ia sudah hilang, sekarang ditemukan kembali.' Lalu mulailah mereka berpesta.  25 Sementara itu, anak yang sulung ada di ladang. Ketika ia pulang dan sampai di dekat rumah, ia mendengar suara musik dan tari-tarian.  26 Ia memanggil salah seorang dari pelayan-pelayannya, lalu bertanya, 'Ada apa ini di rumah?'  27 Pelayan itu menjawab, 'Adik Tuan kembali! Dan ayah Tuan sudah menyuruh menyembelih anak sapi yang gemuk, sebab ia sudah mendapat kembali anaknya dalam keadaan selamat!'  28 Anak yang sulung itu marah sekali sehingga ia tidak mau masuk ke rumah. Lalu ayahnya keluar dan membujuk dia masuk.  29 Tetapi ia berkata, 'Bertahun-tahun lamanya aku bekerja mati-matian untuk Ayah. Tidak pernah aku membantah perintah Ayah. Dan apakah yang Ayah berikan kepadaku? Seekor kambing pun belum pernah Ayah berikan untuk aku berpesta dengan kawan-kawanku!  30 Anak Ayah itu sudah menghabiskan kekayaan Ayah dengan perempuan pelacur, tetapi begitu ia kembali, Ayah menyembelih anak sapi yang gemuk untuk dia!'  31 'Anakku,' jawab ayahnya, 'engkau selalu ada di sini dengan aku. Semua yang kumiliki adalah milikmu juga.  32 Tetapi kita harus berpesta dan bergembira, sebab adikmu itu sudah mati, tetapi sekarang hidup lagi; ia sudah hilang, tetapi sekarang telah ditemukan kembali.'

Ayat Emas : 'Anakku,' jawab ayahnya, 'engkau selalu ada di sini dengan aku. Semua yang kumiliki adalah milikmu juga.  (Lukas 15:31).

CINTA AYAH

            Ketika ayah dan ibu sedang tidak berada di rumah, Edo bermain api dan lilin di dalam rumah. Karena terlalu asyik, tanpa disadari api itu menjalar sampai ke almari dan menghanguskan beberapa barang yang lain. Untunglah kejadian itu segera diketahui oleh para tetangganya, sehingga mereka segera memadmkannya. Sementara Edo yang ketakutan melihat kebakaran itu berlari meninggalkan rumah. Ketika ayahnya datang, ia sangat sedih melihat keadaan rumahnya itu. Tapi yang lebih menyedihkannya lagi ketika mengetahui bahwa anak yang sangat dicintainya telah pergi meninggalkan rumah. Setelah beberapa hari mencarinya dan tidak menemukannya, kini ia hanya bisa pasrah dan terus berdoa supaya anaknya mau kembali lagi. Tanpa diduga, pada keesokan harinya Edo telah kembali dan ia meminta maaf pada ayah.  Saat itu juga, ayah dan ibunya segera memeluk Edo dengan penuh kasih. Ayahpun berkata, “ Edo, engkau lebih berharga dari apapun, karena engkau adalah buah cinta Tuhan yang diberikan pada ayah dan ibu. “ Kemudian, mereka mengucap syukur pada Tuhan yang telah mempertemukan mereka kembali.
            Kita hanya sanggup untuk mengampuni bila kita memiliki cinta yang besar. Tidak ada cinta yang lebih besar daripada cinta Tuhan terhadap kita, dan tidak ada cinta terhadap Tuhan bila kita tidak mencintai sesame. Mari kita wujudkan cinta kita terhadap Tuhan dengan mencintai sesama. ( Lia )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar