Senin, 05 September 2011

8 September 2011

Kamis, 8 September 2011
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
Matius 1: 18-23
18 Beginilah kisah tentang kelahiran Yesus Kristus. Ibu-Nya yaitu Maria, bertunangan dengan Yusuf. Tetapi sebelum mereka menikah, ternyata Maria sudah mengandung. Yusuf tidak tahu bahwa Maria mengandung karena kuasa Roh Allah.  19 Yusuf, tunangannya itu, adalah seorang yang selalu mentaati hukum agama. Jadi ia mau memutuskan pertunangannya, tetapi dengan diam-diam, supaya Maria tidak mendapat malu di muka umum.  20 Sementara Yusuf menimbang-nimbang hal itu, ia bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia melihat seorang malaikat Tuhan yang berkata kepadanya, "Yusuf, keturunan Daud, jangan takut menikah dengan Maria; sebab anak yang di dalam kandungannya itu terjadi oleh kuasa Roh Allah.  21 Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu harus engkau beri nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."  22 Semuanya itu terjadi demikian supaya terlaksana apa yang dikatakan Tuhan melalui nabi-Nya, yaitu,  23 "Seorang perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu akan dinamakan Imanuel." (Imanuel adalah kata Ibrani yang berarti, "Allah ada bersama kita".)
Ayat Emas: Maria akan melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu harus engkau beri nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."   (Mat 1:21)
Pujian yang Pantas
                Ketika hari menjelang sore, tiba-tiba terlintas dalam benak Peter, “Ah, rasanya kurang lengkap kalau melewatkan senja begitu saja tanpa disertai minum teh dan pisang goring hangat.” Lantas, Peter mengajak Edo, sahabat karibnya untuk membeli pisang di pasar untuk kemudian digoreng ibu di rumah.
                Ketika Peter dan Edo sedang membeli pisang, datanglah seorang nenk yang meminta sedekah. Namun, Peter menjawab sambil lalu, “Gak ada, Nek”. Lalu, Nenek itu pun berkata, “Kalau memang tidak ada, tidak apa-apa, Nak. Terima kasih, maaf kalau saya telah mengganggu.” Betapa terkejutnya Peter mendengar perkataan nenk itu, dan untuk beberapa saat Peter memandangi nenek itu yang telah melangkah meninggalkannya. Ketika out juga, ia menjadi merasa bersalah karena telah mengabaikannya. “Benarkah aku sejahat ini? Aku hanya memikirkan kesenanganku sendiri, sementara nenek itu sungguh membutuhkan uang untuk mempertahankan hidupnya, “ demikian pikir Peter. Maka, Peter pun segera mengejar nenk itu dan memanggilnya. Lalu katanya, “Nek, semoga uang ini berguna untuk Nenek.” Peter memberikan sebagian dari uangnya yang sedianya akan dibelikan pisang.
 “Terima kasih, Nak. Engkau benar-benar anak yang baik. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu, Nak.” Peter hanya terdiam mendengar perkataan nenek itu. Tanpa disadari Peter, ternyata banyak orang yang ada di pasar itu telah memperhatikan peristiwa tersebut. Setibanya di kios tempat ia membeli pisang itu, tiba-tiba salah seorang dari penjual itu berkata, “Ayah dan ibumu pasti orang yang baik. Tidak sia-sia mereka telah mendidikmu untuk menjadi anak yang baik.” Peter sendiri merasa tak pantas menerima pujian itu. Setelah membeli sebagian pisang dari sisa uangnya, ia pun segera mengajak Edo pulang.
Seringkali, memang demikianlah yang terjadi, bahwa apa yang dilakukan oleh anak selalau membawa nama kedua orang tuanyua. Ketika anak berbuat jahat, kedua orang tuanya pun turut terkena getahnya. Dan saat anak berbuat baik, maka kedua orang tuanya pun turut menerima pujian. Jadi, sudah sewajarnya bila orang-orang yang melihat kebaikan Peter itu pun turut memuji orangtuanya. Pujian itu memang pantas mereka terima. Demikian pula yang terjadi dalam Keluarga Kudus, adalah hal yang wajar dan sudah selayaknya bila orang-orang yang melihat kebaikan Yesus pun turut memuji Santo Yusuf dan Bunda Maria. Karena itu juga, mari kita selalu menjaga sikap dan perilaku kita, karena apa yang kita perbuat juga berpengaruh terhadap nama baik kedua orang tua kita. (Iskak Andriatmoko).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar