Senin, 21 Februari 2011

28 Februari 2011

Senin, 28 Februari 2011

Markus 10 : 17 – 27

10:17 Waktu Yesus meneruskan lagi perjalanan-Nya, seorang datang berlari-lari kepada Yesus. Orang itu sujud di hadapan Yesus dan bertanya, "Guru yang baik, saya harus berbuat apa supaya dapat menerima hidup sejati dan kekal?"
10:18 "Mengapa engkau mengatakan Aku baik?" tanya Yesus. "Tidak ada yang baik, selain Allah sendiri.
10:19 Engkau sudah tahu perintah-perintah Allah, 'Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta, jangan menipu, hormatilah ayah dan ibumu.' "
10:20 "Bapak Guru," kata orang itu, "semua perintah itu sudah saya turuti sejak muda."
10:21 Yesus memandang orang itu dengan sayang lalu berkata, "Tinggal satu hal lagi yang engkau perlukan. Pergilah jual semua milikmu; berikanlah uangnya kepada orang miskin, dan engkau akan mendapat harta di surga. Sesudah itu datanglah mengikuti Aku."
10:22 Mendengar Yesus berkata begitu, orang itu kecewa, lalu meninggalkan tempat itu dengan susah hati karena ia kaya sekali.
10:23 Maka Yesus memandang pengikut-pengikut-Nya lalu berkata kepada mereka, "Sukar sekali untuk orang kaya menjadi anggota umat Allah!"
10:24 Pengikut-pengikut-Nya heran mendengar perkataan Yesus itu. Tetapi Yesus berkata pula, "Anak-anak-Ku, memang sukar untuk menjadi anggota umat Allah!
10:25 Lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk Dunia Baru Allah."
10:26 Kata-kata Yesus itu membuat pengikut-pengikut-Nya heran, sehingga mereka bertanya satu sama lain, "Kalau begitu, siapa yang bisa selamat?"
10:27 Yesus memandang mereka dan menjawab, "Bagi manusia itu mustahil, tetapi tidak mustahil bagi Allah; semua mungkin bagi Allah."
Ayat Emas: Mrk 10:27
Yesus memandang mereka dan menjawab, "Bagi manusia itu mustahil, tetapi tidak mustahil bagi Allah; semua mungkin bagi Allah.

Buah Doa dan Usaha

            Di sudut kapel, Ari berdoa sambil menangis, “Tuhan Yesus, ayahku sakit. Kemarin, waktu menimbang batu dia terkena longsoran tanah dan terjepit pohon besar. Sekarang ayah di rumah sakit, sedangkan aku harus membayar uang ujian. Engkau tahu ibu hanya berjualan kue, bagaimana mungkin dapat mencukupi semua  kebutuhan ini? Kini, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa.” Selesai berdoa, Ari pun pulang ke rumah.
            Ketika di jalan, dilihatnya nenek tua jatuh terperosok di parit. Ia bergegas menolongnya dan membawa nenek itu ke puskesmas. Usai menolong nenek itu ia pun meneruskan perjalanannya kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, betapa terkejutnya ia ketika melihat sebuah bungkusan di atas meja. Dan semakin terkejut lagi setelah melihat isi bungkusan itu yang ternyata adalah uang dan piagam. Kini ia tahu bahwa ternyata uang dan piagam itu merupakan hasil lomba mengarang 4 bulan yang lalu. Ari sangat bersyukur kepada Tuhan sebab akhirnya ia dapat membayar biaya ujiannya tanpa harus menambah beban ibunya yang masih harus menanggung biaya pengobatan ayah. Kini Ari menjadi semakin percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan pertolongan bagi kita sehingga kita tidak perlu merasa khawatir lagi akan hidup kita. Karena itu, mari kita pun belajar mengikuti teladan Tuhan untuk senantiasa menyediakan diri untuk memberi pertolongan kepada sesama kita yang membutuhkan. (Sr. M. Yoanita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar