Kamis, 28 Juli 2011

1 Agustus 2011

Mat. 14:13-21 (Pw S.Alfonsus Maria.de Liguori)
            Waktu Yesus mendengar berita itu, Ia naik perahu sendirian dan meninggalkan tempat itu, untuk pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi ketika orang-orang mendengar tentang hal itu, mereka meninggalkan kota-kota mereka dan pergi menyusul Yesus melalui jalan darat. Waktu Yesus turun dari perahu dan melihat orang banyak itu, Ia kasihan kepada mereka. Lalu Ia menyembuhkan orang-orang yang sakit di antara mereka. Sore harinya, pengikut-pengikut Yesus datang dan berkata kepada-Nya, "Hari sudah sore dan tempat ini terpencil. Lebih baik Bapak menyuruh orang-orang ini pergi, supaya dapat membeli makanan di desa-desa." "Tidak usah mereka pergi," kata Yesus, "kalian saja beri mereka makan." "Kami hanya punya lima roti dan dua ikan!" jawab pengikut-pengikut Yesus itu. "Bawa itu kemari," kata Yesus. Kemudian Ia menyuruh orang banyak itu duduk di atas rumput. Lalu Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu menengadah ke langit dan mengucap syukur kepada Allah. Sesudah itu Ia membelah-belah roti itu dengan tangan-Nya dan memberikan-Nya kepada pengikut-pengikut-Nya untuk dibagi-bagikan kepada orang banyak itu. Mereka semua makan sampai kenyang. Sesudah itu pengikut-pengikut Yesus mengumpulkan kelebihan makanan itu; ada dua belas bakul penuh. Yang makan pada waktu itu ada kira-kira lima ribu orang, belum terhitung wanita dan anak-anak.

MARI BERBAGI
Lambertus, Arlian, dan Danuarta sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikulier basket bersama teman-teman yang lain di sekolah. Saat usai babak pertama permainan, mereka beristirahat sejenak sambil duduk-duduk di pinggir lapangan. Sementara yang lain masih asyik ngobrol-ngobrol saling mengomentari permainan mereka, Arlian mengeluarkan sebotol air minum  yang ia bawa dari rumah. Ketika ia sedang minum, ada teman lain yang juga ingin minum dan meminta padanya. Pada saat yang hampir bersamaan, Lambertus dan Danuarta juga meminta air minum itu. Lalu kata Arlian, “Aduh..duh.. Kalau semua minta air miumku, gimana dong nanti kalau aku haus lagi?” Setelah berkata demikian Arlian memutuskan hanya memberikannya pada teman akrabnya saja, yakni Lambertus dan Danuarta. Namun demikian, Lambertus dan Danuarta tidak ingin segera meminumnya. Kemudian Lambertus berkata pada Arlian, “Air minum ini memang milikmu dan kau berhak memberikan kepada siapa saja menurut keinginanmu. Nah, kamu kan sudah memberikannya padaku, kalau begitu sekarang aku jadi punya hak untuk memberikan yang menjadi bagianku itu pada teman kita, kan?” Sahut Arlian, “Kamu ya gak boleh seperti dong! Itu namanya kamu gak tahu berterimakasih.” Mendengar percakapan mereka, lantas Lambertus berusaha untuk menjadi penengah, “Sudah..sudah..soal begini saja masak mau ribut-ribut sih.Bukankah kita semua ini adalah teman, masak sih kita tega membiarkan ada salah satu dari teman kita menderita dan kita menikmati kesenangan kita sendiri? Gimana kalau air minum ini kita bagi rata saja dan setelah selesai permainan nanti kita sama-sama cari minum di luar? Selama kita masih kompak dan mau senasib sepenanggungan pasti kita bisa mengatasi semua persoalan.” kata Lambertus. “Benar juga ya.”kata Arlian mulai mengerti maksud baik itu. Tanpa disangka-sangka, tak lama kemudian ternyata pelatih mereka datang sambil membawa beberapa botol air minum dan sekantung makanan ringan untuk diberikan kepada mereka. Sekarang jadi sia-sia dong kecemasan Arlian?
Ketika dalam keadaan sulit, bukankah kita juga sering merasa cemas? Mulai sekarang, kita belajar melenyapkan kecemasan itu dan lebih percaya lagi pada Tuhan yuk. Jadi, kalau ada orang lain yang membutuhkan pertolongan kita dan bila saat itu kita sebenarnya bisa membantunya, maka segeralah melakukannya dan jangan khawatir bahwa kita akan menjadi kekurangan karena menolong orang lain. Tidakkah kita telah menyaksikan mukjizat Tuhan, lima roti ditambah dua ikan justru menjadi sisa duabelas bakul? Percayalah, jika Tuhan menghendaki, semuanya pasti dapat terjadi menurut kehendakNya. Sampai saat ini, mukjizat Tuhan itu masih ada dan sungguh-sungguh nyata terjadi dalam kehidupan kita. (Tika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar